Ini adalah curahan hati Robert Tibo Putra Sulung Fabianus Tibo dkk "Tiga Martir dari Poso" sebagai korban konspirasi politik Negri ini..
Di malam yang kudus ini, kami lalui dengan tanpa Orang yang kami cintai.
Tibo, ayah kami yang selalu kami panggil papa. Ketika kami masih kanak-kanak
di setiapn Natal,di samping pohon terang, papa selalu bertutur tentang hikayat-hikayat agama,
dan cerita masa lalu papa.
Kenangan itu selalu terbawa dalam ingatan kami semua sekeluarga juga di malam yang kudus ini.
aku teringat suatu malam saat pulang dari gereja sehabis misa natal.
Di dalam gerimis kami sekeluarga pulang dengan keceriaan dan senda gurau.
Saat itu , Papa menggendong adik bungsu, tetapi tanganya yang sebelah
masih sempat aku genggam.
Aku merasakan ketegaran dalam sikap seorang laki-laki yang membawa ketentraman dalam hatiku.
Papa lewat genggaman tanganmu aku mau lihat dunia. lewat nasihatmu aku mau lihat hidup ini.
Hari ini dan seterusnya anakmu ini menjalankan hidup yang semakin hari semakin keras. Kebencian dan kelicikan sudah semakin dalam. Orang yang teraniaya semakin teraniaya. Sering kali air mataku jatuh oleh kekerasan dalam hidup ini. Dan entah pada tanah yang mana lagi harus kujatuhkan air mata.
Biarlah aku merasakan kepediha hidup ini, setiap kali aku menyantuh gerbang pintu Gereja.
(Doa di malam kudus 25 desember 2005)
Di malam yang kudus ini, kami lalui dengan tanpa Orang yang kami cintai.
Tibo, ayah kami yang selalu kami panggil papa. Ketika kami masih kanak-kanak
di setiapn Natal,di samping pohon terang, papa selalu bertutur tentang hikayat-hikayat agama,
dan cerita masa lalu papa.
Kenangan itu selalu terbawa dalam ingatan kami semua sekeluarga juga di malam yang kudus ini.
aku teringat suatu malam saat pulang dari gereja sehabis misa natal.
Di dalam gerimis kami sekeluarga pulang dengan keceriaan dan senda gurau.
Saat itu , Papa menggendong adik bungsu, tetapi tanganya yang sebelah
masih sempat aku genggam.
Aku merasakan ketegaran dalam sikap seorang laki-laki yang membawa ketentraman dalam hatiku.
Papa lewat genggaman tanganmu aku mau lihat dunia. lewat nasihatmu aku mau lihat hidup ini.
Hari ini dan seterusnya anakmu ini menjalankan hidup yang semakin hari semakin keras. Kebencian dan kelicikan sudah semakin dalam. Orang yang teraniaya semakin teraniaya. Sering kali air mataku jatuh oleh kekerasan dalam hidup ini. Dan entah pada tanah yang mana lagi harus kujatuhkan air mata.
Biarlah aku merasakan kepediha hidup ini, setiap kali aku menyantuh gerbang pintu Gereja.
(Doa di malam kudus 25 desember 2005)
0 komentar